Kamis, 27 Desember 2012

Istana Ora

Melalui padang-padang stepa, sabana, perbukitan, dan hutan yang meranggas, penjelajahan untuk bertemu ora (julukan masyarakat local untuk komodo) dimulai. Tidak boleh membuang sampah sembarangan, harus membawa minuman, tidak menggerakan anggota badan atau barang dengan berlebihan, dan yang terutama jangan pernah terpisah dari rombongan, adalah beberapa peraturan yang harus dipatuhi agar terhindar dari ancaman bahaya air liur dan bisa komodo yang sangat beracun.
Gigitannya tidak begitu tajam, namun tarikan rahang komodo yang kuatlah yang berbahaya. Cukup satu gigitan, bakteri dari air lir dan tujuh saluran bisa dari gusi komodo sanggup melumpuhkan mangsa yang kuat dan besar sekali pun. Aroma darah akan memanggil kerumunan hewan yang cenderung penyendiri ini. Pelan tapi pasti, komodo mengikuti mangsanya hingga lemah. Saat mangsa sudah tidak mampu bergerak, waktu bersantap pun dimulai.
Dalam perjalanan, wisatawan dapan menjumpai anak-anak komodo di dahan dan cabang pohon, tempat yang paling aman dari gangguan para predator. Sementara di baying-baynag pepohonan yang teduh, dapat ditemui komodo dewasa yang sedang beristirahat, namun belum menemukan komodo karena beberapa dari mereka biasa berkumpul di bawah rumah peristirahatan. Sembari melepas dahaga dan rasa lapar, wisatawan tetap dapat melihat kadal purba yang menjadi daya pikat Flores ini. Selain di Pulau Komodo, pelancong juga dapat melihat komodo di Pulau rinca dan Pulau Padar, yang merupakan bagian dari Taman Nasional Komodo. (Sumber : Majalah Bukopin Prioritas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar